PENDAHULUAN
Rasa ingin tahu manusia yang terus berkembang sebagai hasil perkembangan pola pikir manusia yang terakumulasi dari hasil pengamatan dan pengalaman telah mendorong manusia untuk melahirkan pendekatan kebenaran yang tidak hanya mengandalkan kemampuan rasio belaka, dorongan tersebut setidaknya terdiri dari dua sisi; yakni dorongan pertama adalah dorongan untuk memuaskan diri sendiri yang sifatnya non praktis atau teoritis guna memenuhi kuriositas dan memahami tentang hakikat alam semesta dan segala isinya, yang selanjutnya melahirkan pure science (Ilmu pengetahuan murni). Sementara dorongan yang ke-dua adalah dorongan yang sifatnya praktis, dimana ilmu pengetahuan dimanfaatkan untuk meningkatkan tarap hidup yang lebih tinggi, dan selanjutnya disebut dengan Applied science (Ilmu pengetahuan terapan/teknologi).
Kedua dorongan inilah yang memicu manusia untuk menemukan pengetahuan-pengetahuan baru yang menjadi titik awal lahirnya pengetahuan alamiah modern yang semakin berkembang dari zaman ke zaman.
Makalah ini secara tidak langsung akan membahas tentang bagaimana proses kelahiran pengetahuan alamiah modern yang menjadi suatu hal yang sangat menarik untuk dipelajari lebih lanjut.
ILMU PENGETAHUAN
Menurut Prof DR. M. J. Langerveld, Guru besar pada Rijk University di Utrecht (Belanda) Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu, yang merupakan kesatuan sistematis dan memberikan penjelasan yang sistematis yang dapat dipertanggungjawabkan dengan sebab-sebab suatu kejadian. Ilmu adalah pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang dapat membedakannya dengan pengetahuan lainnya, diantara ciri khas ilmu atau ilmu pengetahuan yaitu obyektif, metodik, sistematik, dan berlaku umum. Dengan sifat-sifat tersebut, maka orang yang berkecimpung atau selalu berhubungan dengan pengetahuan akan terbimbing sedemikian hingga padanya terkembangkan suatu sikap yang disebut sikap ilmiah.
Objek penelaah ilmu adalah seluruh segi kehidupan yang dapat di uji oleh panca indra manusia. Ilmu membatasi diri pada kejadian-kejadian yang besifat empiris, yang terjangkau oleh fitrah pengalaman manusia dengan menggunakan panca indranya. Objek dibedakan atas dua hal yaitu, objek material adalah objek yang dilihat secara keseluruhan, dan objek formal yang dilihat dari suatu aspek tertentu saja.
METODE KEILMUAN
Untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu memerlukan pencarian pengetahuan yang dapat dilakukan secara nonilmiah dan ilmiah dengan mengacu pada kerangka filsafat. Pencarian ilmu pengetahuan ilmiah (metode ilmiah) dilakukan berdasarkan pemikiran rasional, pengalaman empiris (fakta), maupun referensi pengalaman sebelumnya. Cara untuk mendapatkannya harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1. Objektif, pengetahuan itu harus sesuai objeknya.
2. Metodik, pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur dan terkontrol.
3. Sistimatis, pengetahuan ilmiah yang tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga keseluruhannya merupakan satu kesatuan yang utuh.
4. Berlaku Umum, pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseoramg atau sekelompok orang, tetapi dengan pengalaman itu diperoleh hasil yang sama atau konsisten.
Keseluruhan langkah ini harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah, lewat metode inilah nantinya akan melahirkan ilmu-ilmu baru yang menjadi cikal bakal lahirnya ilmu alamiah modern terutama Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
KELAHIRAN IPA
Pada mulanya manusia percaya mitos yang sekarang dinilai sebagai pengetahuan semu (pseduo knowledge). Mengapa? Karena mitos tidak pernah memuaskan maka dicarilah pengetahuan sesungguhnya (pure science). Objek utama yang dipikirkan manusia adalah alam sehingga lahirlah pengetahuan alam (natural science).
Untuk menemukan ilmu pengetahuan, harus digunakan perpaduan antara rasionalisme dan empirisme, yang dikenal sebagai metode keilmuan atau pendekatan ilmiah.
Pengetahuan yang disusun dengan cara pendekatan ilmiah atau metode keilmuan, diperoleh melalui kegiatan penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah ini dilaksanakan secara sistematik dan terkontrol berdasarkan atas data-data empiris. Kesimpulan dari penelitian ini dapat menghasilkan suatu teori. Teori ini masih dapat menghasilkan suatu teori dan masih dapat diuji konsistensi serta kemantapannya. Metode keilmuan itu bersifat objektif, bebas dari keyakinan perasaan dan prasangka pribadi serta bersifat terbuka.
Jadi, suatu ilmu pengetahuan dapat digolongkan sebagai ilmu pengetahuan bilamana cara memperolehnya menggunakan metode keilmuan, yaitu gabungan rasionalisme dan emperisme.
Secara lengkap dapat dikatakan bahwa suatu himpunan pengetahuan dapat disebut IPA bilamana persyaratan berikut: objeknya pengalaman manusia yang berupa gejala-gejala alam, yang dikumpulkan melalui metode keilmuan serta mempunyai manfaat untuk kesejahteraan manusia.
Kapan ilmu pengetahuan (sains) lahir ? secara waktu mungkin sulit untuk ditetapkan tetapi yang jelas sesuatu dinyatakan pengetahuan sains adalah apabila pendekatan kebenaran tertumpu pada rational approach and empiric approach yakni kebenaran yang secara rasional dapat dimengerti dan difahami serta dibuktikan secara fakta dan menggunakan peralatan ilmiah.
PERKEMBANGAN PENGETAHUAN DARI MASA KE MASA
1. Zaman Purba
Pada zaman purba, manusia selain mewariskan alat-alat purba, juga mewariskan cara bercocok tanam dan cara berternak. Peninggalan-peninggalan alat-alat, tanaman, ternak tersebut menunjukkan bahwa manusia purba telah mempunyai pengetahuan untuk memperolehnya. Penemuan-penemuan itu terjadi baik secara kebetulan ataupun disengaja semuanya berdasarkan pengamatan primitif, dan mungkin dilanjutkan dengan percobaan-percobaan yang dilakukan dengan tanpa dasar dan tanpa pengaturan, tetapi dengan mengikuti proses”Trial and error”. Dengan demikian tersusunlah ”know how” meskipun tidak diketahui sebabnya, tidak diketahui ”mengapanya”. Dengan demikian maka zaman batu ini ditandai oleh pengetahuan ”know how” yang diperoleh berdasarkan Kemampuan mengamati, membeda-bedakan, memilih, melakukan percobaan tanpa disengaja, yang berlandaskan dengan proses ”Trial and error”.
Setelah zaman ini masa 15000 sampai kurang lebih 600 tahun SM. Masih merupakan kelanjutan dari zaman batu. Mereka masih mewarisi pengetahuan dari zaman batu, tetapi diantara mereka ada yang mampu mengolah logam. Dalam hal pembuatan logam, alat-alat mereka tidak lagi terbuat dari batu, melainkan dari perunggu atau besi. Pada zaman purba tersebut manusia menggantungkan diri pada kepercayaan agama yang politistik. Mereka percaya bahwa dewa-dewa berada di bulan, matahari, bintang, karena itu, benda-benda angkasa itu terus-menerus diamati. Dan mereka mulai menyusun kalender sebagai pedoman waktu untuk mengatur kehidupan ritual, pekerjaan sehari-hari dan kehidupan biasa pada umumnya.
Penemuan-penemuan tersebut di atas merupakan proses alamiah yang hanya mungkin pada zaman itu mencari dan akhirnya menemukan dan mampu menggunakan angka-angka dan abjad untuk melakukan perhitungan-perhitungan. Di samping kemampuan-kemampuan dan penemuan-penemuan tersebut, mereka bisa membentuk kemampuan mengukur, kemampuan ini digunakan untuk mengukur bidang tanah dan perladangan juga mengukur hasil panennya. Untuk keperluan pengukuran-pengukuran tersebut juga telah ditemukan bentuk segitiga, segitiga siku-siku, dan sudut siku-siku. Kemudian ilmu berkembang dan menjelma menadi ilmu hitung (arithmetic) dan ilmu ukur (geometry).
2. Zaman Yunani
Masa 600 tahun sebelum masehi sampai kurang lebih 200 tahun sebelum masehi biasanya disebut zaman Yunani. Dalam zaman ini proses-proses perkembangan know how tetap mendasari kehidupan sehari-hari, tapi lebih maju daripada zaman sebelumnya. Dalam bidang pengetahuan sikap dan pemikiran yang sekedar menerima apa adanya, terjadi perubahan besar, dan perubahan ini dianggap sebagai dasar ilmu pengetahuan modern. Hal ini berdasarkan pada sikap bangsa Yunani yang tidak dapat menerima pengalaman-pengalaman secara pasif receptif. Mereka memiliki ”inquiry atitude” dan ”inquiry mind” orang pertama yang mempertanyakan dasar dari alam dan isi alam ini adalah Thales (624-548 SM). Pemikiran Thales dalam rangka membahas perkembangan ilmu pengetahuan ”Yang penting bukan jawaban yang diberikan, tetapi diajukannya pertanyaan tersebut”. Karena dari pertanyaan akan menimbulkan atau menyebabkan pemeriksaan dan penelitian yang terus menerus. Jadi, pertanyaan merupakan suatu motor yang tetap mendorong pemikiran dan penyelidikan.
Disamping Thales terdapat banyak tokoh filsafat Yunani yang besar sekali sumbangannya pada perkembangan ilmu pengetahuan diantaranya adalah Al-Fargani, Jabir bin Hayyam, Phytagoras, Aristoteles dan Archimedes.
3. Zaman Modern
Pada permulaan abad ke-14, di Eropa di mulai perkembangan ilmu pengetahuan. Sejak zaman itu sampai sekarang Eropa menjadi pusat kemajuan ilmu pengetahuan dan umat manusia pada umumnya. Permulaan perkembangannya dicetuskan oleh Roger Bacon (1214-1294) yang menganjurkan agar pengalaman manusia sendiri dijadikan sumber pengetahuan dan penelitian. Copernicus, Tycho Broche, Keppler dan Galileo merupakan pelopor dalam mengembangkan pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman tersebut.
Perkembangan ilmu pengetahuan menjadi sangat mantap dan pesat setelah ditulisnya buku yang berjudul Novum Organum oleh Francis Bacon (1560-1626) yang mengutarakan tentang landasan empiris dalam mengembangkan pengetahuan dan penegasan ilmu pengetahuan dengan metodenya.
Bila dilihat dari segi metodologi dan psikologi maka seluruh ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada:
1. Pengamatan dan pengalaman manusia yang terus menerus
2. Pengumpulan data yang terus menerus dan dilakuakan secara sistematis
3. Analisis data yang ditempuh dengan berbagai cara.
4. Penyusunan model-model atau teori-teori, serta penyusunan ramalan-ramalan sehubungan dengan model itu.
5. Percobaan untuk menguji ramalan tersebut.
Percobaan ini akan menghasilkan beberapa kemungkinan, diantaranya: benar atau salah. Jika terbukti salah, terbuka kemungkinan untuk mencari kesalahan berfikir, sehingga terbuka juga kemungkinan untuk memperbaikinya. Dengan demikian ilmu pengetahuan modern memiliki suatu sistem yang didalamnya terkandung mengoreksi diri, yang memungkinkan ditiadakannya kesalahan demi kesalahan secara bertahap menuju kebenaran.
PENUTUP
Perkembangan pengetahuan sudah dimulai sejak zaman purba, hal tersebut disebabkan karena manusia memiliki rasa ingin tahu yang terus berkembang, sehingga pada zaman Yunani manusia sudah mulai menggunakan metode ilmiah yang tidak hanya mengandalkan rasio semata tetapi juga haru dengan pengalaman empirik sehingga apa yang mereka dapatkan dapat dibuktikan dan diterima oleh umum.
Kelahiran ilmu alamiah modern mungkin saja terjadi pada zaman Yunani, karena pada zaman inilah pendekatan kebenaran tertumpu pada rational approach and empiric approach, yang selanjutnya menjadi cikal bakal perkembangan Ilmu Pengetahuan yang pesat pada zaman modern.
DAFTAR PUSTAKA
Aly, Abdullah, Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, Bumi Aksara, Jakarta: 1994.
Bainar, Hajjah, dkk, Ilmu Sosial, Budaya dan Kealaman Dasar, Jenki Satria, Jakarta: 2006.
Purnama, Heri, Ilmu Alamiah Dasar, Rinek Cipta, Jakarta: 2008.
Roosmini, Mien, dkk, Ilmu Alamiah Dasar, Semarang: 1990.
Salam, Burhanuddin, Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi,Rineka Cipta, Jakarta: 2000.
Sabtu, 04 April 2009
Langganan:
Postingan (Atom)